Toshiba: Dari Puncak Kejayaan hingga Hampir Bangkrut

    Toshiba, nama besar yang dikenal di seluruh dunia karena produk-produk elektroniknya seperti televisi, komputer, dan speaker, telah melalui perjalanan yang turbulen dalam beberapa tahun terakhir. Didirikan pada tahun 1875, Toshiba mencatatkan banyak inovasi penting termasuk pengembangan televisi berwarna pertama di Jepang, mesin cuci, kulkas, dan rice cooker. Merek ini menjadi simbol kemajuan teknologi dengan produk-produknya yang dikenal luas di pasar global.

    Sejak awal, Toshiba telah berperan penting dalam industri semikonduktor dan tenaga nuklir, berkembang menjadi sebuah konglomerat besar. Pada masa kejayaannya, Toshiba terdaftar di Bursa Efek Tokyo selama 74 tahun dan bahkan menjadi bagian dari indeks Nikkei. Namun, serangkaian skandal keuangan mulai mengguncang perusahaan ini pada tahun 2015 ketika terungkap bahwa Toshiba telah memalsukan laporan keuangannya, mengakibatkan perusahaan ini mengakui kelebihan laba operasional hingga lebih dari 1, 59 miliar dolar AS selama tujuh tahun.

    Krisis keuangan ini diperburuk dengan bangkrutnya anak perusahaannya, Westinghouse Electric, pada tahun 2017, yang bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga nuklir di AS. Kejadian ini meninggalkan Toshiba dengan utang yang sangat besar dan memaksa mereka untuk melakukan sejumlah penjualan aset kritis seperti divisi pembuat chip dan pembuatan peralatan rumah tangga untuk mendapatkan likuiditas finansial.

    Pada tahun 2020, skandal kecurangan akuntansi terkuak lebih luas dan pada tahun 2021 ditemukan bahwa Toshiba telah berkolusi dengan Kementerian Perdagangan Jepang untuk menekan investor asing. Konflik dengan pemegang saham meningkat, mengganggu operasional perusahaan dan menambah kompleksitas masalah yang dihadapi.

    Krisis semakin mendalam ketika Toshiba terpaksa menerima suntikan dana sebesar 5, 4 miliar dolar AS dari investor asing pada tahun 2017, yang meskipun menyelamatkan perusahaan dari penghapusan paksa dari bursa, juga meningkatkan ketegangan internal. Situasi ini memicu perdebatan tentang masa depan divisi-divisi perusahaan, termasuk apakah beberapa dari mereka harus dijual.

    Awal tahun 2024, Toshiba diakuisisi oleh Japan Investment Corp (JIC), yang didukung negara, dengan nilai 14 miliar dolar AS. Pemilik baru ini berfokus pada pengembangan produk digital dengan margin tinggi, mengingat Toshiba masih memiliki banyak aset dan operasi yang dianggap penting bagi keamanan nasional Jepang. Meskipun demikian, tantangan masih ada dan masa depan Toshiba masih penuh ketidakpastian meskipun dengan dukungan finansial baru.

    hidayatullah toshiba
    Dr. Hidayatullah

    Dr. Hidayatullah

    Artikel Sebelumnya

    Pajak PMK 66 Tahun 2023 Terkait Natura dan...

    Artikel Berikutnya

    Era Baru Keuangan Indonesia: Adopsi Fintech...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Era Baru Keuangan Indonesia: Adopsi Fintech Lending dan Paylater oleh Generasi Milenial
    Toshiba: Dari Puncak Kejayaan hingga Hampir Bangkrut
    Pajak PMK 66 Tahun 2023 Terkait Natura dan Kenikmatan
    Gelombang PHK Melanda Industri Teknologi dan Hiburan: Sony, eBay, Google, dan Lainnya Pangkas Ribuan Posisi
    Leveraging Technology for internal Audit workflow

    Ikuti Kami